Jumat, 02 Juli 2010

Komunitas



Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas

Sumber Gambar:

http://www.saft7.com/?paged=2

http://slametriyanto.net/membangun-komunitas-dengan-joomla-15x/

Membangun Web Komunitas ( Web 2.0 ) Dengan Wordpress

Belakangan temen saya cosa sering banget menyinggung pentingnya membangun komunitas di website blog anda , saya contohkan saja website berbasis komunitas digg.com dengan pengunjung yang sangat besar dan returning visitornya mungkin diatas 50% bahkan lebih besar kayaknya .

Coba bayangkan kalau digg tanpa sistem rating , tanpa kolom komentar, tanpa karma , apa sih menariknya digg ? apakah bisa seperti sekarang ?

Jadi bagaimana kita mencoba membangun blog berbasis komunitas dengan wordpress ?

saya baru aja mulai sadar untuk hal ini dan baru merubah arah pengembangan blog2 saya kearah pembangunan komunitas termasuk blog ini ( sebagai percobaan )

Untuk wordpress yang diperlukan tentunya plugin ! dalam hal ini tidak akan seperti digg yang mengijinkan user mengisi konten website , cukup kita saja yang mengupdate konten.


Yang dibutuhkan :

1. Plugin Comments
Komentar penting buat pengembangan komunitas ? tentu saja !
berikut daftar beberapa plugin yang harus kamu install

a. Plugin Brian’s latest Comment – akan menampilkan komentar-komentar terakhir dari pengunjung
b. Brian’s Threaded Comments – akan mengubah tampilan komentar di blog menjadi model threaded ala forum.
c. Comment Karma – dengan plugin ini maka pengunjung dapat memberikan rating atau nilai buat setiap komentar yang ada di blog kita.
d. Show Top Commentators – menampilkan daftar komentator-komentator yang paling sering “nyepam” di blog kita.
e. Subscribe to Comments – memungkinkan pengunjung menerima update dalam bentuk email apabila ada orang lain yang memberikan komentar dalam artikel atau posting tersebut.
f. MoreSmilies , mungky smile atau tuzki smile – menambahkan smile yang lebih menarik buat blog kita, untuk tuzki smile ( yang dipakai di blog cosa ) belum support wp 2.5
g. Comvatar — plugin untuk menampilkan avatar komentator. Plugin sejenis adalah Gravatars dan Favatars.


2. Rating System :

Wajib buat Web berbasis komunitas atau web 2.0 yang memungkinkan pengunjung berpartisipasi memberikan pendapat atau nilai buat apa yang anda informasikan .

a. WP-Post Ratings – plugin rating paling terkenal – wajib di install .
b. Popularity Contest – akan memberikan rangking pada setiap post berdasarkan popularitas – sangat mudah di install


3. Sharing dan subscribe System

Dengan ini kita memberikan kesempatan kepada visitor untuk dapat membantu mempromosikan blog kita dan juga salah satu peralatan menjaring komunitas loyal.

a. sharethis - plugin yang memudahkan visitor mensubmit ke puluhan social bookmarking .

b. What Would Seth Godin Do - salah satu cara untuk menjaring visitor untuk subscribe ke rss kita

c. wp-email – memungkinkan visitor mengirim postingan kita ke orang lain lewat email

dengan semua plugin2 diatas maka kita sudah siap untuk membangun website 2.0 dengan wordpress secara mudah dan gratis pula :D

lebih baik bukan dari pada dibiarkan default dengan plugin ala kadarnya dengan kategory, archieve, dan dengan template default pula.

Sumber:
http://aaheroe.info/membangun-web-komunitas-web-20-dengan-wordpress.htm
14 Juni 2008

Komunitas, Senjata Ampuh Mengerek Merek

Tak bisa dimungkiri, tumbuhnya berbagai komunitas pelanggan sedikit-banyak akan berpengaruh terhadap strategi pengembangan sebuah merek. Pasalnya, komunitas terbukti punya pengaruh yang sangat besar bagi preferensi merek yang digunakan oleh anggota komunitasnya.

Hal tersebut sudah sangat disadari oleh sebagian pemilik merek. Lihat saja PT Astra Honda Motor (AHM). Perusahaan yang masih tercatat sebagai pemimpin pasar sepeda motor di Tanah Air ini memiliki divisi khusus yang ditugasi untuk menangani segala hal terkait pelanggan. Salah satunya, terkait dengan komunitas, yaitu Honda Customer Care Center (HC3).

Menurut Istiyani Susriyati, Kepala HC3, AHM banyak menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas. Kerja sama AHM dengan komunitas tersebut tidak hanya berbentuk sponsorship. AHM lebih sering ikut terlibat aktif dalam sebuah kegiatan komunitas. Setiap proposal kegiatan yang masuk akan didiskusikan dan dibahas bersama, di mana AHM dan komunitas bisa saling melengkapi. “Kami adalah partner bagi komunitas. Tidak ada yang di atas atau di bawah, tapi sejajar,” papar Istiyani. Hal itu, tambahnya, mengandung konsekuensi bahwa sebagai mitra mereka bersama-sama mengembangkan rencana kegiatan sehingga berjalan baik. “Dari interaksi intensif ini, kami bisa saling memberi masukan sebagaimana layaknya partner atau teman.”

Sebaliknya, bagaimana komunitas memandang merek-merek mitra mereka? Untuk mengetahui hal itu, Majalah SWA melakukan survei bertajuk The Most Respected Brand by Community, yakni survei terhadap komunitas konsumen yang ada di Jakarta tentang merek-merek yang mereka nilai memberi manfaat, memberikan dukungan maksimal, memberikan nilai tambah, berperan penting, dan memiliki independensi – (selengkapnya, baca boks Metodologi).

Dari hasil survei terungkap bahwa merek Toyota Avanza merupakan merek yang paling dihormati komunitas. Disusul Suzuki Thunder 125 dan Daihatsu Xenia (lihat Tabel). Jika melihat hasilnya, tak bisa dimungkiri sebagian besar merek yang terpilih sebagai merek yang paling dihormati oleh komunitas adalah merek-merek yang memang acapkali menjalin kerja sama dengan komunitas, baik komunitas yang berhubungan langsung dengan merek itu sendiri maupun yang tidak.

Bagi Edy Darmawan, Manajer Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), maraknya komunitas memang cukup memberi manfaat. Dengan keberadaan komunitas, SIS dapat mengukur potensi loyalitas pelanggan terhadap merek yang dibesut Suzuki itu. ”At the end of the day, mereka bisa jadi kepanjangan kami juga,” tuturnya.

Edy mengatakan, komunitas-komunitas itu akan terus dikelola keberadaannya. Pasalnya, dari pengalaman, tak jarang masukan yang diberikan komunitas membuat performa mereknya semakin berkembang. “Kami (mendapat) kbanyak masukan dari komunitas tentang berbagai hal seperti info pesaing, demand untuk produk baru, riset pasar, dan sebagainya.”

Menurut Darmadi Durianto, pengamat pemasaran dari Vadriv Consulting, bagi pemegang merek, komunitas merupakan ceruk pasar yang berpotensi besar. Walaupun tujuan utama pemilik merek bukan menggarap komunitas, kalau dikelola dengan baik, komunitas berpotensi membesar. “Pertumbuhan niche market tersebut bisa kecil atau besar, tergantung pada seberapa agresif gerakan komunitas itu,” ujarnya.

Darmadi menekankan, pemilik merek harus mengelola komunitas, karena komunitas sesungguhnya adalah channel pemasaran. Di dalam komunitas ada informal leader yang dapat “dipegang” dan pada akhirnya bisa membentuk word of mouth marketing (WOM) bagi anggota-anggotanya. “Kalau sudah bersatu dalam komunitas, WOM itu akan kencang. Dan karena WOM-nya kencang, loyalitasnya juga tinggi karena terbentuk oleh komunitas. Jadi, otomatis ini merupakan promotor untuk bisa memasarkan di komunitas itu,” paparnya.

Menurutnya, biasanya perusahaan juga mengeluarkan dana bagi kegiatan komunitas. Dukungan itu tentunya memberikan manfaat bagi komunitas. Dan sebaliknya, komunitas juga tidak hanya bisa mendukung melalui WOM, tetapi juga bisa dikerahkan untuk berperan dalam mempromosikan, memasarkan dan menjual produk pemilik merek. Selain itu, mungkin ada hal-hal yang dapat diberikan pemegang merek kepada anggota komunitas yang bersifat sebagai nilai tambah dengan menjadi anggota komunitas. “Jadi, ada take and give antara komunitas dan pemilik merek. Pemegang merek dalam hal ini juga harus luwes, tidak bisa terlalu mengatur-atur juga. harus ada win-win solution, apalagi untuk komunitas yang bersifat spiritual. Perlakuannya mungkin perlu berbeda-beda untuk tiap jenis komunitas,” Darmadi menjelaskan. Selanjutnya, agar terhindar dari dampak negatif dengan adanya komunitas, yang harus dilakukan pemilik merek adalah menjaga komunikasi yang baik dengan komunitasnya.

BOKS

Toyota Avanza:
Loyalitas Makin Tebal

Suburnya komunitas pelanggan di Indonesia merupakan sinyal positif bagi pemilik merek. Pasalnya, komunitas akan semakin memperkuat loyalitas konsumen terhadap merek. Setidaknya hal itulah yang diyakini PT Toyota Astra Motor (TAM).

Seperti diungkap oleh Achmad Rizal, Manajer Komunikasi Pemasaran TAM, adanya komunitas menunjukkan keinginan berinteraksi di masyarakat yang semakin tinggi. “Komunitas konsumen Toyota jumlahnya terus bertambah dan aktivitasnya juga meningkat,” kata Achmad.

Avanza-Xenia Indonesia Club (AXIC) merupakan salah satu komunitas yang terbesar. Komunitas tersebut dibentuk atas inisiatif konsumen dan bukan merupakan bentukan Toyota. Pihak TAM, menurut Achmad, tidak turut campur terlalu jauh dalam komunitas tersebut, terutama dalam hal kegiatan komunitas. “AXIC bebas menentukan kegiatannya sendiri. Mereka independen.”

Walau memberi kebebasan bagi Axic dalam menjalankan kegiatannya, terkadang TAM juga menggelar kegiatan untuk komunitas tersebut, seperti smart driving atau kampanye berkendaraan dengan aman dan efisien bagi komunitas. “Yang diharapkan dapat disebarluaskan ke lingkungan sekitarnya,” kata Achmad.

TAM juga memberikan dukungan lain, terutama berkaitan dengan materiil untuk kegiatan di komunitas. Bentuk dukungan yang diberikan itu antara lain memberikan wadah untuk diskusi antara TAM dan komunitas. “Bahkan, kami juga mengadakan community gathering tiap tahun,” katanya. Dalam community gathering ini, TAM mengundang beberapa komunitas pelanggan untuk dilibatkan dalam satu rangkaian acara.

Achmad menjelaskan, dukungan TAM pada komunitas itu lantaran adanya imbas positif dari komunitas untuk merek. “Loyalitas mereka pada merek makin tebal,” ujarnya. Namun, TAM pun memiliki patokan sendiri sebelum memutuskan menggelontorkan dana untuk komunitas. Misalnya saja, komunitas harus memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan serta masyarakat pada umumnya. Tentu saja, harapannya untuk menguatkan citra mereknya

Axis:
Tercipta WOM dari Komunitas

Dasar terbentuknya sebuah komunitas adalah adanya kesamaan minat, kebutuhan, cara pandang dan selera. Karena itu, sebagian besar komunitas konsumen yang terbentuk terlihat begitu solid dalam melakukan kegiatannya. Hal itu juga yang membuat jumlah komunitas konsumen yang muncul pun sudah merambah ke berbagai bidang. “Sekarang menjadi bagian dari suatu komunitas kian menjadi tren di masyarakat,” ungkap Wendhyharto Kusumaatmadja, Manajer Senior Korporat dan Komunitas Axis.

Wendhy mengatakan, banyaknya komunitas konsumen yang ada saat ini juga membuat Axis lebih membuka diri untuk tidak hanya menjalin kerja sama dengan komunitas di bidang telekomunikasi. “Axis bahkan pernah beberapa kali melakukan kerja sama dengan komunitas-komunitas dalam bentuk co-creation di mana kami bersama-sama mengembangkan suatu produk yang dapat memberikan keuntungan dan nilai tambah bagi para anggota komunitas tersebut,” ujarnya.

Namun, tetap saja ada faktor yang menjadi acuan Axis sebelum bekerja sama dengan salah satu komunitas, seperti kesamaan visi antara Axis dan komunitas tersebut, tingkat keaktifan komunitas, jumlah anggota dan jaringannya, serta potensi komunitas untuk terus berkembang.

Sampai saat ini Axis telah bekerja sama dengan tak kurang dari 14 komunitas muslim yang diwujudkan dalam suatu produk layanan komunikasi seluler GSM dan 3G Axis Salam. Produk ini lahir untuk menjembatani lembaga dakwah dengan para pengguna telepon seluler sehingga penyebaran nilai-nilai Islami melalui dakwah dapat berkembang lebih cepat melalui layanan SMS Tausiyah gratis. “Selain itu, kami juga sudah mulai menjalin kerja sama dengan beberapa komunitas lain di berbagai bidang industri,” ujarnya.

Secara umum, dikatakanWendhy, Axis memberikan kebebasan kepada komunitas untuk menentukan dan menjalankan programnya. Namun, Axis tetap memberikan parameter dan arahan agar program yang dilakukan tidak keluar dari perjanjian kerja sama yang sudah disepakati sebelumnya. Hal ini untuk memastikan agar para anggota komunitas juga memiliki kesempatan untuk berkreasi dan berinovasi demi lebih tercapainya hal yang akan menguntungkan kedua belah pihak. “Kami juga terus melakukan evaluasi yang kami lakukan bersama para pimpinan komunitas,” ujarnya.

Menurut Wendhy, banyak manfaat yang dipetik Axis dari kerja sama dengan komunitas tersebut, antara lain peningkatan brand awareness dan word of mouth marketing. “Di samping itu, keuntungan dari sisi bisnis juga kami dapatkan. Pada intinya adalah win-win solution, dan semua pihak happy,” katanya tandas.

Teh Celup Sosro:
Mendapat Banyak Masukan dari Komunitas

Banyak komunitas yang tumbuh belakangan ini mengarah kepada komunitas nonkomersial. Buktinya, banyak komunitas yang tumbuh di situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter dan Plurk. “Sepertinya, orang suka mengeksperesikan diri tanpa ada unsur paksaan dan unsur komersial,” ujar Charles Klamodarso, GM Pemasaran Teh Celup Sosro.

Kecenderungan tersebut, lanjut Charles, tidak mau disia-siakan oleh Sosro. Walau tergolong masih baru, Sosro mulai memanfaatkan komunitas-komunitas tersebut sebagai bagian dari strategi pemasarannya. Salah satu caranya, dengan membuat komunitas di situs jejaring sosial. Ternyata, tanggapan masyarakat sangat baik. Hal ini terlihat dari terus bertambahnya jumlah anggota komunitas dan bertambahnya kegiatan komunitas ini. “Belakangan, komunitas ini bisa berkembang dan bergerak sendiri sehingga mandiri. Komunitas-komunitas ini pun tumbuh menjadi mitra bagi Teh Celup Sosro,” ujarnya.

Charles melihat, meski masih baru, Sosro mendapat banyak manfaat dari komunitas-komunitas ini. Manfaat yang paling dirasakannya adalah masukan berharga dari komunitas yang menjadi konsumen Teh Celup Sosro. “Masukan-masukan berharga ini berguna sekali dalam usaha pengembangan produk ke depannya,” katanya. Adapun manfaat langsung bagi penjualan, diakuinya, belum terlalu terlihat. Sebab, Teh Celup Sosro masih baru dalam mengembangkan komunitas ini.

Sosro, menurut Charles, memang lebih banyak bekerja sama dengan kegiatan dan komunitas yang masih berkaitan dengan teh. Rata-rata kegiatannya berskala kecil karena semua masih berkembang. Kerja sama yang mereka tawarkan pun sangat sederhana, yaitu memberi bantuan berupa dana atau produk. “Itu tergantung kebutuhan,” katanya. Charles mencontohkan, pihaknya bekerja sama dengan ibu-ibu di satu kompleks perumahan yang menggelar arisan sebulan sekali. Meski demikian, dia tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan komunitas mana pun, apalagi jika komunitas tersebut memiliki kegiatan yang terkait teh.

Djarum:
Gandeng Banyak Komunitas

Grup Djarum tergolong perusahaan yang sangat banyak melakukan kegiatan bersama berbagai komunitas. Bahkan, lewat salah satu produknya, Djarum Black, salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia ini punya agenda kegiatan yang sangat padat bersama Black Community-nya.

Tak cukup dengan hanya membangun komunitas, Djarum juga menggelar berbagai event yang pesertanya adalah komunitas-komunitas yang berhubungan dengan tema yang diangkat dalam event tersebut, seperti Djarum Black AutoBlackThrough, Djarum Black Motodify, Djarum Black Car Community dan Djarum Black Motor Community. Ada juga event untuk komunitas kreatif dan inovatif yang diwadahi dalam Black Innovation Awards.

Menurut Raymond Portier, Manajer Merek Djarum Black, tumbuhnya berbagai komunitas tersebut merupakan hal yang sangat positif bagi mereknya. “Biasanya dalam komunitas itu relasi yang terjadi lebih erat dikarenakan adanya kesamaan minat dan kepentingan,” ujarnya. Karena itu, Djarum pun menyambut baik tumbuhnya berbagai komunitas tersebut.

Namun, ada beberapa persyaratan yang diberlakukan Djarum sebelum bekerja sama dengan komunitas. “Harus dilihat relevansinya terhadap produk, karena hal ini akan dikaitkan dengan brand yang bersangkutan,” kata Raymond.

Dukungan yang diberikan Djarum terhadap komunitas tidak melulu berupa sponsorship. Yang juga sangat penting, menurut Raymond, adalah pembinaan komunitas itu sendiri yang harus dilakukan secara bersinambung.

Handoyo, dari Bagian Pemasaran PT Djarum, menambahkan, sponsorship yang dilakukan Djarum tak lebih dari sekadar mendukung dari sisi finansial. Terlebih untuk event yang berbau budaya dan bersifat nonkomersial. “Setidaknya kontribusi yang diberikan lebih kepada bentuk idealisme. Banyak pelaku bisnis di Indonesia, seharusnya bisa membantu, karena tidak setiap saat bisa minta bantuan pemerintah,” ujarnya.

Raymond mengatakan, dalam bekerja sama dengan komunitas, Djarum memberi kebebasan kepada komunitas tersebut untuk melakukan aktivitasnya. Namun, ada koridor-koridor tertentu yang harus ditaati komunitas tersebut.

Reportase: Ahmad Yasir Saputra, Kristiana Anissa, Sigit A. Nugroho, dan S. Ruslina
Riset: Ratu Nurul Hanifah


Sumber :
http://swa.co.id/2009/11/komunitas-senjata-ampuh-mengerek-merek/
12 November 2009

Pengembangan Media Komunitas

Komunikasi, informasi dan media massa selain mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan pembangunan sistem politik demokrasi, juga berkaitan dengan upaya mencerdaskan bangsa. Di samping itu masyarakat telah semakin memahami dan menyadari hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar dan tepat waktu. Selain pemantapan kelembagaan, mekanisme komunikasi dan arus informasi serta penguatan fungsi pelayanan informasi dalam menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi, upaya yang juga sangat penting adalah bagaimana mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan informasi.

Di era global, informasi merupakan kebutuhan masyarakat yang sangatpenting, baik masyarakat "bawah", "menengah", maupun kelas "atas". Informasi merupakan sarana untuk "melihat dan mendengar dunia". Berlakunya UU otonomi daerah diharapkan akan memandirikan daerah dalam mengelola sumber dayanya. Mandiri dalam arti bahwa pengelolaan daerah akan lebih mengacu kepada kebutuhan daerah secara lokal.

Dalam hal kebutuhan informasi, era otonomi sangan sejalan dengan munculnya Media Komunitas yang mempunyai karakter : "dari, untuk dan oleh masyarakat setempat". Media Komunitas adalah salah satu kategori jasa atau lembaga penyedia informasi yang um,umnya beroperasi di Masyarakat.

Sumber :
http://www.bappenas.go.id/node/160/949/pengembangan-media-komunitas/
21 November 2008

Belajar dari Komunitas


Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”.

Itulah definisi komunitas menurut Wikipedia, nah saya ingin bercerita disini, bagaimana saya benar-benar merasakan banyak sekali manfaat dari komunitas yang telah saya ikuti, dan inilah beberapa komunitas tersebut:

KSL-UAJY. [2003] Komunitas ini terdiri dari para pengguna linux di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, KSL-UAJY sendiri memiliki kepanjangan Kelompok Study Linux – Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Inilah komunitas yang pertama kali saya ikuti di bangku kuliah. Disini saya mulai mengenal apa itu Linux, mulai belajar bagaimana memakai Linux bersama rekan-rekan sesama mahasiswa TF-UAJY. Di tahun kedua saya di komunitas ini, saya menjabat sebagai koordinator-nya, dan berhasil mendapatkan domain ksl.uajy.ac.id dari kampus [satu satu-nya kelompok study di fakultas yang bisa mendapatkan domain di bawah Universitas], serta berhasil mendapatkan kepercayaan kampus, untuk mengelola beberapa server di kampus. [Web Server, Mail Server, DNS Server]. Awalnya kami belum begitu paham bagaimana mengelola beberapa server tersebut, dan semuanya kami lakukan dengan learning by doing. Pertengahan tahun 2006, saya menyerahkan jabatan ini kepada penerus saya.

IlmuKomputer.Com [2003]. Komunitas ini adalah komunitas yang telah banyak membantu perkembangan diri saya, disini saya bertemu dengan banyak orang-orang hebat, yang telah memberikan banyak pengalaman hidup maupun tambahan pengetahuan. Tercatat nama-nama besar seperti Romi Satria Wahono [founder IlmuKomputer.Com], M. Choirul Amri [co founder + MVP SQL Server], Slamet Riyanto [jagoan photoshop yang telah menelurkan 7 buah buku], Luri Darmawan [Aktifis Open Source], Anton Picano [Mobile-8] dkk. Waktu bergabung dengan komunitas ini, saya belum tahu apa-apa, saya paling muda dan paling ‘bego’ waktu itu. Jabatan saya pertama kali di komunitas ini adalah “Bidang Distribusi CD”, ya sebuah jabatan yang tidak memerlukan kemampuan teknis. Dengan berjalan-nya waktu, saya mulai diberi kepercayaan untuk membantu mengelola server IK.C, nah kepercayaan dan kesempatan seperti inilah yang saya gunakan untuk learning by doing. Di IlmuKomputer.Com setiap pengurus wajib membuat tulisan, tulisan saya pertama waktu itu adalah Pengantar Algoritma dan Pemrograman [2003] yang kemudian dilanjutkan dengan tullisan-tulisan lain yang daftarnya bisa dilihat DISINI.

Komunitas ini juga memberikan saya banyak kesempatan untuk mulai menggali potensi-potensi yang saya miliki, dan mas Romi, mas Choirul serta rekan-rekan yang lain, selalu saja memberikan kesempatan-kesempatan itu. Setelah Brainmatics berdiri saya diberi kesempatan lagi untuk mengajar disana, nah disinilah saya mulai mengasah kemampuan saya untuk menjadi seorang trainer. Ya, kadang-kadang saya juga tidak merasa “pe-de” dengan kemampuan saya yang masih “cupu” kok sudah mengajar, tetapi mas Romi selalu saja membesarkan hati saya untuk tidak menyerah sebelum mencoba, dan nothing to lose. Alhamdulilah, setelah beberapa kali mengajar, saya malah mendapatkan kesempatan untuk mengajar juga di tempat lain.

KPLI Jogja [2004]. Komunitas ini adalah komunitas Kelompok Pengguna Linux Indonesia yang ada di Jogjakarta. Setiap minggu kita berkumpul di suatu tempat [kebanyakan di KPTU-UGM] untuk berbagi pengalaman, ataupun bertukar pikiran tentang Linux. Saya belajar banyak dari komunitas ini, disini saya sempat juga menjabat sebagai pengurus di bidang Kerjasama KPLI-Jogja. Mas Iyan, Mas Dedi, Mas Iwan, Kang Jaya, om Willy dkk, merupakan teman belajar yang mengasyikan, kadang ketika saya butuh untuk belajar sesuatu, mereka tidak segan-segan untuk membantu.

Microsoft Student Ambasador [2005]. Awalnya saya sempat ragu-ragu untuk bergabung dengan komunitas ini, ya sebelumnya saya adalah aktifis Open Source, tapi kok malah jadi Microsoft Student Ambasador?. Nah ketika tawaran itu datang, saya sempat mendiskusikan terlebih dahulu dengan mas Romi dan mas Choirul [MVP SQL Server]. Yang jelas saya ingat waktu itu adalah kata-kata “platform bukanlah agama yang harus dibela sampai mati“, mas Choirul juga bercerita, dimana sebelum dia jadi MVP, beliau juga sering menulis tentang Linux [list tulisan beliau bisa dilihat DISINI]. Mas Romi juga sempat mengatakan “belum saat-nya kamu memilih, kini saatnya kamu belajar”. Nah, akhirnya saya terima kesempatan tersebut untuk belajar tentang teknologi Microsoft. Di komunitas ini saya banyak mendapatkan resources untuk belajar tentang Microsoft Technology beserta belajar untuk berinteraksi dengan rekan-rekan lain sesama MSA. Di komunitas ini, saya mendapatkan semua lisensi software dari Microsoft lewat MSDN Subscription, resources belajar [buku, CD/DVD], training gratis, voucher ujian sertifikasi gratis dan juga mendapatkan kesempatan untuk memberikan training ke mahasiswa yang lain. Disini, saya juga banyak mengenal ataupun dikenal oleh anggota komunitas Microsoft Technology.

Microsoft Student Partners [2007]. Komunitas ini adalah kelanjutan dari MSA diatas, jika MSA hanya diakui oleh Microsoft Indonesia, maka MSP [Microsoft Student Partners] ini diakui secara global. Ada sekitar 1500 MSP di seluruh dunia dan 52 MSP di Indonesia. Fasilitas yang kami dapatkan-pun juga hampir sama, dengan tambahan beberapa resources belajar lain. Beberapa teman jebolan MSA ataupun MSP ada yang bekerja di Microsoft Indonesia [Narenda, Fuady], ada juga yang menjadi MVP [Ronald, Andrian Godong, Narenda]. O, iya MSA dan MVP dahulu-nya dikelola oleh Zeddy Iskandar, beruntung sekali kami bisa bekerjasama dengan beliau, seorang pemimpin sekaligus seorang kakak bagi kami semua.

Selain komunitas diatas, saya juga bergabung dengan komunitas-komunitas yang lain: JUG-Indonesia, INDC, Technomedia, ID-Ubuntu, ID-GMail, CahAndong, JakartaClimbing, dsb. Intinya, buat rekan-rekan yang lain [terutama yang masih mahasiswa], saya sangat menganjurkan sekali kepada anda bergabung dengan komunitas. Pilihlah komunitas pada bidang yang anda sukai, dan saya yakin akan banyak hal yang akan anda dapatkan dan mungkin tidak akan anda dapatkan jika anda hanya “hidup di kampus” saja. Jika ada kesempatan untuk belajar something ambil saja, karena jika anda masih kuliah, belum saat-nya anda memilih, kini saatnya anda untuk belajar. Nah, bagi yang sudah malang-melintang di komunitas, mungkin bisa share disini, untuk memberikan tambahan semangat bagi rekan-rekan lain, yang mungkin belum menemukan komunitas-nya.


Sumber :
http://alexbudiyanto.web.id/belajar-dari-komunitas.html
29 Agustus 2008

Kamis, 01 Juli 2010

Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas